09 September 2014

Lambang Kabupaten Wonosobo

MAKNA LAMBANG :
Bentuk Perisai merupakan lambang pertahanan (bathin) yang tunggal.

Garis Lurus Kebawah 19 menunjukkan angka ratusan tahun dan melambangkan hujan.

Tiga Garis yang berlekuk-lekuk masing-masing 10, adalah tahun 1930 berdirinya otonomi Kabupaten Wonosobo dan melambangkan daerah sumber air.

Perbandingan ukuran bidang 5:7 menunjukkan tahun 1957 terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Swatantra Tingkat II Wonosobo yang langsung dipilih oleh rakyat.

Daun Teh yang berjumlah 13 menunjukkan nilai (Neptu) hari dan pasaran menurut hitungan jawa, terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Swatantra Tingkat II Wonosobo pada hari Senin Pahing.

Daun Tembakau sebanyak 9 menerangkan tanggal dan bulan terbentuknya Dewan Perwakilan Rakyat Daerah pilihan rakyat pada tanggal 9 September 1957.

Dwi Arga menunjukkan gunung-gunung: Sindoro dan Sumbing

Sabda Pandawa Raga Nyawiji adalah hitungan Surya Sangkala yang mengandung makna Panca Tunggal Ika cita-cita untuk persatuan dan kesatuan.


Warna-warna pada Lambang Daerah:
- Hitam : Keabadian
- Hijau : Kemakmuran
- Kuning Keemasan : Keluhuran
- Merah : Kebenaran
- Putih : Kesucian




Lambang Kabupaten Wonogiri

Makna Lambang :
Lambang Daerah berbentuk perisai berwarna kuning emas bertepi hitam, sebagai penonjolan sifat pengayoman dan kebesaran daerah. Lambang Daerah berisi lukisan segilima sama sisi berwarna merah di sebelah kanan dan putih disebelah kiri dengan tepi hitam, sebagai manifestasi daripada Pancasila, Sang Saka, Kesetiaan terhadap UUD 1945 dan falsafat hidup bangsa Indonesia yang abadi.

Bintang bersudut 5 berwarna kuning emas, sebagai lambang Ketuhanan Yang Maha Esa.

Rantai berwarna kuning emas, berbentuk lingkaran, sebagai lambang kegotongroyongan yang didasari oleh perikemanusiaan.

Di dalam lingkaran rantai tersebut terlukis perwujudan kondisi daerah sebagai berikut:
  • Gunung Kapur / seribu berwarna putih dengan latar belakang langit berwarna hijau.
  • Hutan berwarna hijau
  • Tanah berwarna coklat
  • Air berwarna biru dengan gelombang putih, sebagai pernyataan bahwa bengawan solo, waduk serbaguna Wonogiri dan Pantai Selatan Penting artinya sepanjang sejarah wonogiri.


Gunungan wayang berwarna kuning emas, sebagai pernyataan bahwa rakyat wonogiri menjunjung tinggi kebudayaan Nasional.

Keris lekuk 5 berwarna hitam dengan pamor kuning emas sebagai lambang semangat kepahlawanan yang dijiwai semangat pancasila.

Ketela Pohon yang berisi 8 buah berwarna coklat sebagai hasil pertanian yang menonjol dan sekaligus sifat agraris dari daerah.

Di dalam segilima terlukis sebagai lambang keadilan dan kemakmuran yang dicita-citakan oleh rakyat Wonogiri, sebagai berikut:
  • Setangkai Kapas terdiri atas 17 kuntum berwarna putih perak dengan selingan daun berwarna hijau, sebelah kanan.
  • Setangkai padi terdiri atas 45 butir berwarna kuning emas.


Bidang Lingkaran berwarna Hijau yang dibatasi oleh lukisan kapas dan padi tersebut berarti kesuburan.

Bilangan "Tujuh Belas" pada lukisan setangkai kapas, bilangan "Delapan" pada lukisan ketela Pohon dan bilangan "empat puluh lima" pada lukisan padi mengandung pernyataan, bahwa rakyat wonogiri berpegang teguh pada jiwa proklamasi 17 agustus 1945 tersebut.

Di bawah segilima terlukis selendang berwarna merah putih bertepi hitam dan tercantum tulisan sebagai berikut:
  • Pada bagian atas berwarna merah tercantum tulisan berbunyi " Wonogiri" dengan huruf balok putih.
  • Pada bagian bawah berwarna putih tercantum tulisan sebagai surya sangkala berbunyi "Sabda Sakti Nugrahaning Praja" dengan huruf balok hitam.


Suryasangkala tersebut mempunyai arti, Sabda : 7, Sakti : 6, Nugrahaning : 9, dan praja : 1, sebagai peringatan di tetapkannya lambang daerah pada tahun 1967.




Lambang Kabupaten Temanggung

MAKNA BENTUK :
Bentuk perisai melambamgkan ketentuan dalam menangulangi segala kesulitan.

Segi lima didalamnya melambangakan pancasila sebagai Dasar Negara dan falsafah bangsa Indonesia.

Lukisan bintang bersegi lima melambangkan ke-agungan Tuhan, yang mengandung arti bahwa rakyat Kabupaten Temanggung bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Lukisan-lukisan dua buah gunung adalah Gunung-gunung Sumbing dan Sindoro.

Lukisan nyala api melambangkan semangat pejuang Rakyat dalam mencapai cita-citanya, sedangkan jumlah delapan buah lidah api yang terlukis pada masing-masing sisi sebagai peringatan bahwa terciptanya Lambang ini pada waktu DPRD-GR Kabupaten Temanggung berusia satu windu (8 tahu).

Lukisan-lukisan buah padi berjumlah 17 butir, rantai bermata 8 buah, kapas berbunga 4 kuntum dan berdaun 5 helai meningatkan saat Proklamasi Kemerdekaan Negara Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

Lukisan rantai melambangkan jiwa dan kepribadian Rakyat Kabupaten Temanggung yang penuh solidaritas dan persatuan yang tidak terpatahkan.

Lukisan-lukisan padi, kapas melambangkan kemakmuran, sedangkan panili, kopi dan tembakau merupakan tanaman khas Daerah Kabupaten Temanggung melambangkan kesejahteraan Daerah.

Lukisan sebuah bambu runcing melambangkan perjuangan Rakyat Daerah Kabupaten Temanggung pada waktu revolusi fisik, khususnya terkenal bambu runcing parakan.

Bilangan-bilangan pada lukisan-lukisan lainya tidak mempunyai makna, melainkan hanya untuk membentuk keserasian dan keaslian seluruh lukisan.

Tulisan Lambang berbunyi : "Swadaya Bhumi Phala" berasal dari bahasa Sansekerta mengandung arti :
  - Swadaya terdiri atas duka kata Swa dan Daya.
  - Swa berarti sendiri dan Daya berarti : Kekuatan /Kemampuan / Usaha
  - Bhumi berarti : Bumi tempat kita berpijak .
  - Phala berarti : buah atau hasil
  - Arti keseluruannya : "Dengan kekuatan sendiri (berdikari) mempertinggi hasil bumi" 

Tata warna yang dipakai didalam Lambang mengandung makna sebagai berikut :
  - Hijau berarti Kemakmuran.
  - Putih berarti Kesucian.
  - Merah berarti Keberanian .
  - Kuning berarti keagungan, keluhuran dan kekayaan.
  - Kuning emas berarti Kemuliaan , kejayaan.
  - Biru berarti Ketenagan .
  - Hitam berarti Kemantapan, ketagasan, ketangguhan, kekekalah.




Lambang Kabupaten Tegal

MAKNA LAMBANG :
Arti dan makna Lambang Daerah Kota Tegal berdasarkan Peraturan Daerah Kotamadya Daerah Tingkat II Tegal Nomor : 48/DPRD/Tk.II/PD/72

Perisai segi lima berarti satu persyaratan setia dan taat pada Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945

Seuntai padi dan kapas yang erat dengan pita berwarna kuning sebagai lambang kemakmuran, kesejahteraan dan kebahagiaan yang merata ;

Jumlah padi 17 (tujuh belas) butir, kapas 8 (delapan) buah dan berdaun 4 (empat), serta lidah api berjumlah 5 (lima) adalah menunjukkan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945

Roda bergigi menunjukkan Daerah Industri dan Perdagangan yang cukup terkenal dan produktif

Perahu layar dengan layar berkembang menunjukkan jiwa kenelayanan yang teguh ;

Bintang bersudut 5 (lima) berwarna kuning berarti bahwa Tuhan mendapat tempat tertinggi dengan segala keagungan-Nya ;

Lidah api berwarna merah putih mencerminkan semangat pantang menyerah ;

Jalur berwarna kuning membentuk sinar cemerlang menunjukkan simpang lalu-lintas perekonomian yang mempunyai masa depan yang gemilang ;

Ombak berbuih putih menunjukkan daerah pantai ;

Tulisan KOTAMADYA (KOTA) TEGAL diatas bentuk pita sebagai tanda pengenal Pemerintah Kotamadya Daerah Tingkat II (Kota) Tegal.

Adapun arti warna dalam lambang adalah sebagai berikut :

  • Biru berarti setia dan taat
  • Kuning berarti kebesaran dan kemuliaan serta keagungan ;
  • Merah berarti berani, semangat, dan dinamis ;
  • Hijau berarti kemakmuran, keindahan, ramah tamah dan harapan ;
  • Hitam berarti tekun, abadi dan kuat ;
  • Putih berartti suci, siap dipimpin dan memimpin.



Lambang Kabupaten Sukoharjo

Sejarah :
Pada masa pendudukan Jepang, wilayah Ka­residenan Surakarta pernah merupakan Daerah Istime­wa yang dikenal dengan Solo Ko (Kasunanan) dan Mangkunegaran Ko (Mangkunegaran). Wilayah Mangkunegaran meliputi daerah Kabupaten Karang­anyar, Wonogiri, dan sebagian kota Solo. Sedangkan wilayah Kasunanan meliputi daerah Kabupaten Sra­gen, Klaten,Boyolali, dan Kabupaten Kutha Surakarta.

Sukoharjo pada waktu itu hanya merupakan suatu daerah tepi dengan pimpinan pemerintahan ter­tinggi adalah "Wedono", tak ubahnya dengan Beko­nang, dan Kartasura. Kawedanan Sukoharjo, Beko­nang, dan Kartasura ini menjadi satu masuk wilayah Kabupaten Kutha Surakarta, di bawah pemerintah Kasunanan.

Pada tanggal 27 Mei 1946 Kabupaten Karanganyar secara defakto menyatakan diri lepas dari pemerintahan Mangkunegaran. Hal ini kemudian diikuti oleh Kabupaten Boyolali dan Sragen yang juga menyatakan diri lepasdari pemerintahan Kasunanan. Kabupaten Kutha Surakarta kemudian diputuskan pin­dah ke Sukoharjo. Bersamaan dengan munculnya ge­rakan anti Swapraja dan berbagai dukungan untuk membentuk pemerintah Kota Surakarta, akhirnya de­ngan suatu kebulatan tekad dari "Wong Solo", mereka menyatakan berdirinya Pemerintah kota Surakarta yang lepas dariKasunanan pada tanggal 16 Juni 1946. Tanggal ini kemudian menjadi hari lahir Pemerintah Daerah Kotamadya Surakarta.

Kemudian disusul keluarnya Penetapan Pe­merintah Nomor: 16/SD tanggal 15 Juli 1946ling­kungan Karesidenan Surakarta dibentuk suatu daerahbaru dengan kota Surakarta yang dikepalai oleh seorang Walikota. yang isi­nya antara lain menyebutkan bahwa di dalam

Dengan keluarnya Penetapan Pemerintah Nomor: 16/SD tanggal 15 Juli 1946, maka secara for­mal Pemerintah Kasunanan dan Mangkunegaran di­pandangsudah tidak ada lagi, dan wilayah-wilayahnya untuk sementara menjadi wilayah Karesidenan Surakarta. Ini berarti wilayah Karesidenan Surakarta terdiri dari bekas wilayah-wilayah Mangkunegaran yaitu KabupatenKaranganyar dan Wonogiri, serta bekas wilayah Kasunanan yaitu Kabupaten Klaten, Sragen, Boyolali, dan Sukoharjo (Kawedanan Suko­harjo, Bekonang, Kartasura), ditambah Kotamadya Surakarta.

Keadaan ini mengilhami para pemimpin pada waktu itu untuk membentuk kabupaten barudi luar kota Surakarta agar ketiga kawedanan (Sukoharjo,Bekonang, Kartasura) dapat dibina dalam satu naung­an pemerintah kabupaten. Kemudian secara spontan KNI Daerah Surakarta menunjuk KRMT Soewarno Honggopati Tjitrohoepojo untuk menjadi Bupati.

Atas dasar tersebut di atas serta pertimbangan analisa, logis dan kronologisyang dikaitkan dengan landasan yuridis meskipun landasan yuridis itu tidak bersifat mengatur secara khusus, maka pada hari Senin Pon tanggal 15 Juli 1946, saat ditetapkannya Penetapan Pemerintah Nomor: 16/SD tersebut dite­tapkan menjadi Hari Lahir Kabupaten Sukoharjo. Penetapan ini kemudian dikukuhkan dengan Pera­turan Daerah Kabupaten Dati II Sukoharjo No. 17 tahun 1986 tentang Hari Lahir Kabupaten Sukoharjo, yang disahkan dengan SK Gubernur KDH Tingkat I Jawa Tengah tanggal 15 Desember 1986 No. 188.3/480/1986 dan diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Dati II Sukoharjo No. 3 Tahun 1987 Seri D No.2 tanggal 9 Januari 1987.

Lambang Kabupaten Sragen

BENTUK, ISI, DAN WARNA LAMBANG :
Perisai dan keris melambangkan jiwa kepahlawanan rakyat Daerah kabupaten Sragen atau dikenal dengan nama daerah Sukowati, perisai tersebut berbentuk jantung melambangkan adanya hidup dan kehidupan.

Pohon beringin lambang sifat kepeminpinan dan pengayoman.

Roda bergigi empat yang juga dianggap sebagai matahari terbit.Roda bergigi menunjukkan bahwa Daerah kabupaten Sragen telah memiliki beberapa perusahaan yang berujud pabrik-pabrik.

Pintu gerbang menunjukkan bahwa daerah Kabupaten Sragen merupakan pintu gerbangnya Jawa Tengah terhadap Jawa Timur.

Sebuah gunung menunjukkan bahwa daerah Kabupaten Sragen terletak dikaki gunung Lawu.

Api menyala-nyala, melambangkan semangat rakyat daerah Kabupaten Sragen didalam mencapai areal cita-cita dan tujuan.

Batang pohon tebu, menunjukkan bahwa daerah Kabupaten Sragen merupakan daerah areal dan penghasil gula. 

Air sungai berwarna biru berjalur tiga, melambangkan bahwa Bengawan Solo yang mengalir sepanjang Daerah Kabupaten Sragen.

Mata rantai berwarna hitam, melambangkan persatuan dan kesatuan rakyat Kabupaten Sragen yang kekal abadi.

Bintang berujung lima dalam perisai yang berwarna hitam, melambangkan kepercayaan rakyat daerah kabupaten Sragen kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Selendang merah putih, melambangkan merah berarti berani, putih berarti suci.

Selendang putih bertuliskan " Sragen " menunjukkan daerah, pemilik lambang.

Bentuk pokok dari Lambang Daerah Kabupaten Sragen merupakan perisai yang berbentuk jantung, Perisai merupakan alat pada jaman dahulu untuk melindungi diri dan menanggulangi serangan lawan, Jantung merupakan sumber hidup bagi manusia.Dari bentuk pokok ini dicita-citakan semoga rakyat beserta Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen selalu mampu menangkis dan menanggulangi segala bencana, baik yang ditimbulkan oleh manusia maupun yang ditimbulkan oleh alam. Secara ideal diharapkan mudah-mudahan rakyat memiliki sumber-sumber penghidupan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri, syukur dapat dilimpahkan kepada daerah lain. 

Pohon beringin berwarna hijau berakar gantung 8 buah. Melambangkan penguasa/ Pemerintah Daerah Kabupaten Sragen, yang senantiasa menggunakan 8 sifat kepemimpinan, yaitu hasta brata didalam menjalankan tugas dan kebijaksanaannya. Sehingga benar-benar merupakan pengayom dan plindung bagi rakyatnya.

Roda bergigi empat, yang juga dianggap sebagai matahari terbit :
Roda bergigi, melambangkan bahwa didaerah Kabupaten Sragen sekarang ini telah terdapat perusahaan yang berbentuk pabrik sebagai penghasil barang-barang eksport, antara lain gula dan karet.
Matahari terbit, melambangkan telah terbitnya masa depan yang cerah bagi daerah Kabupaten Sragen, menuju kearah kemakmuran dan kesejahteraan.

Perisai dan keris, sifat kepahlawanan rakyat Daerah Kabupaten Sragen yang juga dikenal dengan nama rakyat Sukowati, dalam melawan kolonialisme sudah ada jauh sebelum perang Kemerdekaan ke II(Clash ke II) yaitu sebagaimana dikisahkan dalam cerita Babad Giyanti yang menunjukkan perlawanan Pangeran Mangkubumi ke II terhadap kekuasaan penjajahan Belanda, yang selalu mencoba mengadu sesama bangsa Indonesia. Alat perlengkapan perang serta senjata rakyat Sukowati pada waktu itu antara lain masih menggunakan perisai (tameng) dan keris. Itulah sebabnya sifat darah kepahlawanan rakyat Sukowati dilambangkan dengan Perisai dan Keris

Keris dilukiskan dengan bentuk (Jawa : dapur) jangkung. Menjangkung artinya melindungi dalam arti rohaniah/batiniah. Dengan demikian, keris dengan dapur jangkung tersebut mengandung maksud serta harapan, semoga para aparatur Pemerintahan Daerah Kabupaten Sragen didalam melaksanakan tugas dan kebijaksanaannya sehari-hari selalu mendapatkan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa, serta memperoleh petunjuk jalan yang benar dan lempang.

Pintu gerbang, menunjukkan bahwa daerah Kabupaten Sragen merupakan pintu gerbang yang menghubungkan Propinsi Jawa Tengah dengan Propinsi Jawa Timur, dengan dilalui jalan raya Solo Madiun yang merupakan urat nadi perhubungan perekonomian.

Gunung, daerah Kabupaten Sragen terletak dikaki Gunung Lawu. Bagi Sragen, Gunung Lawu merupakan sumber air, pembentukkan sungai-sungai yang berguna bagi keperluan pertanian.

Api, digambarkan ditengah-tengah gapura, dengan wujud yang menyala-nyala. Melambangkan kehendak rakyat Kabupaten Sragen yang didalam mencapai cita-cita dan membangun daerahnya selalu disertai dengan semangat menyala yang tak kunjung padam, sebelum tercapai maksudnya.

Tebu, menunjukkan bahwa daerah Kabupaten Sragen merupakan areal tebu, penghasil gula sebagai barang eksport.

Air Sungai, melambangkan kemanfaatan air sungai Bengawan Solo terhadap daerah Kabupaten Sragen. Dimana Bengawan Solo mengalir sepanjang daerah tersebut, sehingga tanah pertanian sebelah kanan kiri sepanjang sungai merupakan lembah yang sangat subur untuk pertanian. Secara bertahap air sungai Bengawan ini akan lebih dimanfaatkan untuk tanah pertanian, dengan dipompa airnya untuk dialirkan kedaerah sekitarnya, yang pada musim kemarau kekurangan air.

Mata rantai berwarna hitam, merupakan lambang persatuan dan kesatuan rakyat daerah Kabupaten Sragen yang bulat serta mantap, yag merupakan modal pokok untuk menuju apapun yang ingin dicapai oleh Pemerintah dan rakyat.

Sebuah bintang, berujung lima berwarna kuning emas, terletak diatas perisai hitam, melambangkan salah sati ciri khas kepribadian rakyat daerah Sragen akan kepercayaannya yang sangat kuat terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sebagai Sila Dasar dari Pancasila falsafah Negara Republik Indonesia.

Padi dan Kapas lambang cita-cita kemakmuran rakyat.

  • Padi digambar 17 butir
  • Kapas digambar 8 butir
  • Keris digambar 9 mata
  • Roda digambar 4 gigi.
  • Bintang digambar 5 ujung
  • Angka-angka tersebut disusun untuk mengabadikan Proklamasi 17 - 8 - 1945.



Lambang Kabupaten Semarang

MAKNA LAMBANG :
Lambang Kabupaten Semarang berbentuk perisai bersudut lima. Didalam perisai terlukis bintang persegi lima, disebelah kanan rangkaian kapas dan sebelah kiri setangkai padi. Lukisan gunung adalah gunung Kendalisodo dengan warna hijau berarti perkebunan dan warna hitam berarti pabrik.

Sedangkan Lukisan "Rawa Pening" sebagai pembangkit tenaga listrik dan ditengah ada bambu runcing yang melambangkan perjuangan rakyat Kabupaten semarang dalam mengusir penjajah.

Pada tanggal 14 Desember 1944 merupakan hari bersejarah bagi kota Ambarawa yang dijadikan Hari Infanteri Nasional. Adapun Lukisan Candi Siwa menggambarkan peninggalan kuno abad VII.

Tanda pengenal Kabupaten Semarang menunjukan bahwa potensi yang terkandung di wilayah Kabupaten Semarang daerah sumber air, tenaga listrik, obyek wisata dan budaya, pangan, sayur dan buah.

Dibawah bentuk perisai Lambang Daerah di tulis " DHARMOTTAMA SATYA PRAJA " mempunyai arti " Berbuat yang terbaik untuk kepentingan rakyat " merupakan sesanti guna mewujudkan upaya nyata dari Visi tersebut diatas.




Lambang Kabupaten Rembang

Makna Lambang :
Bentuk Perisai : artinya ketahanan terhadap rongrongan dan serangan musuh

Padi dan Kapas : menggambarkan kesuburan daerah,jumlah bulir padi 17 dan 8 kapas mencerminkan hari proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia

Gunungan Garam berwarna Putih : menggambarkan ciri khas produk daerah

Bunga Melati : melambangkan wanita Indonesia dan ibu RA Kartini

Bintang Berwarna Kuning bersudut Lima : melambangkan ketaatan beragama dan keagungan Tuhan

Langit berwarna Biru : menggambarkan ketenangan,kedamaian dan kerukunan seluruh masyarakat

Pepohonan berwana Hijau : melambangkan adanya wilayah hutan jati

Kapal Layar : melambangkan jiwa bahari sebagian masyarakat Rembang sebagai warisan leluhur

Sangkar berbentuk Lingkaran Putih : nunjukan teriknya matahari dan indahnya bulan purnama yang menunjukan betapa tabah dan beraninya nelayan – nelayan dengan tanpa kenal bahaya berjuang siang dan malam mengarungi samudra.

Laut berwarna Hitam Pekat : melambangkan jiwa yang terang

Dua Garis Putih membelah Laut : mencerminkan dahsyatnya gelombang laut tiada putus – putusnya.




Lambang Kabupaten Purworejo

MAKNA LAMBANG :
Pohon Beringin : bermakna rasa kebangsaan dan pengayoman 

Bedug dengan 17 pantek : merupakan ciri khas daerah Purworejo, dengan keistimewaannya yang terbuat dari kayu jati utuh merupakanyang terbesar di Indonesia

Cakra dengan 17 mata : dalam cerita pewayangan merupakan senjata Wisnu dalam tugasnya memelihara kesejahteraan dan memberantas angkara murka

Bintang segi lima : menunjukkan bahwa Rakyat Purworejo adalah masyarakat yang Berketuhanan YME

Pita merah putih : menunjukkan bahwa Purworejo adalah bagian dari negara Republik Indonesia 

Gelombang di kanan-kiri bintang : menggambarkan keadaan alam Purworejo yang disebelah utara merupakan daerah pegunungan yang penuh dengan kekayaan alam 

Garis-garis putih dibawah gelombang hijau : menggambarkan keadaan alam Purworejo yang mempunyai sungai-sungai yang sangat penting terutama untuk pertanian misalnya S. Bogowonto dan S. Jali 

Petak-petak dibawah garis : menggambarkan keadaan alam yang bagian tengah dan selatan penuh dengan sawah dan ladang 

Padi 45 butir dan kapas 8 buah : menggambarkan cita-cita masyarakat menuju masyarakat adil dan makmur.
Catatan : cakra 17 mata, kapas 8 buah, padi 45 butir- melambangkan kesetiaan rakyat Purworejo pada Proklamasi 17-8-1945 

Tiang di tepi kanan dan kiri : merupakan lambang penegakkan kebenaran dan keadilan 

Lipatan-lipatan / wiron di kanan kiri bawah : lambang kerapihan, kehalusan, keramahan, kehalusan budi 

Bokor dengan style kepala banteng : bokor adalah wadah / tempat, melambangkan kebesaran jiwa rakyat dan pemerintah daerah yang mampu menampung berbagai masalah kehidupan. Kepala banteng lambang kerakyatan atau keinginan mewujudkan Demokrasi Pancasila 

Pita putih bertuliskan PURWOREJO : bermakna kesucian, ketulusan, keluhuran budi 

Rantai : lambang kemanuasiaan dan gotong royong. Bentuk persegi lambang wanita, bentuk bulat lambang pria 

Dasar hitam : bermakna keabadian, keteguhan hati, ketenangan .




Lambang Kabupaten Purbalingga

MAKNA LAMBANG :
Bentuk lambang daerah terdiri dari Lukisan dan Pita :
Bentuk perisai melambangkan perlindungan, kekuatan dan alat perjuangan untuk mencapai tujuan dan cita-cita.
Garis tepi perisai yang tebal berwarna biru tua, menggambarkan banyaknya sungai yang mengaliri wilayah Purbalingga, sehingga menjadikan daerah subur dan makmur.
Garis berkelok-kelok yang tidak terputus berwarna biru muda, mencerminkan kegiatan masyarakat Purbalingga yang dinamis dan kreatif dalam mencapai cita-cita dan kesempatan hidup, ibarat aliran sungai yang tidak ada henti-hentinya.
Pita dengan sasanti "PRASETYANING NAYAKA AMANGUN PRAJA" mencerminkan tekad segenap aparat pelaksana untuk membangun daerah dan negara guna lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat lahir, batin dan merata.

Pada perisai terdapat tulisan dan lukisan :
Tulisan "PURBALINGGA" berwarna merah diatas dasar putih, mencerminkan sikap keberanian atas dasar kebenaran.

Lukisan senjata Tombak Bermata Delapan, melambangkan kekuasaan dan kebijaksanaan, yang dikiaskan dengan kata PURBA" (Purba atau Wasesa)
  • Tangkai tombak berwarna kuning emas mencerminkan kekuasaan, kebijaksanaan dan sarana mencapai tujuan, cita-cita, kemegahan, kesejahteraan dan keluhuran masyarakat serta daerah.
  • Jumlah mata tombak delapan melambangkan bahwa dalam menjalankan kekuasaan untuk mencapai tujuan dan cita-cita selalu berdasarkan kepada kepemimpinan Pancasila, yaitu melaksanakan delapan darma sebagaimana tersirat dalam HASTA BRATA, yaitu : Kismo (bumi), Dahana (api), Samirana (angin), Tirto (air), Akasa (langit), Candra (bulan), Raditya (matahari) dan Kartika (bintang).


Sebatang pohon kelapa yang melambangkan kata "LINGGA" dikiaskan dengan "LUGU - GLUGU" yang berarti batang pohon kelapa.   d. Lukisan Pancaran Sinar, yang memancar ke 237 arah mempunyai maksud :
Mencerminkan sifat dasar ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi masyarakat Purbalingga yang tersebar di 237 desa/kelurahan.

Sinar/Cahaya/Cahya/Ana-Cahya. Kata-kata tersebut dihubungkan dengan kata "CAHYANA" yang artinya adalah nama suatu tempat antara desa makam dan desa pekiringan yang kemudian berkembang menjadi nama suatu wilayah pemerintah (distrik) yang berpusat di Bukateja. Hal ini disamakan arti dengan Teja/Cahyana/Cahya yang berarti sinar. Ini dihubungkan dengan cerita atau babad sejarah Purbalingga.

Lukisan Tiga Pohon Beringin melambangkan tempat bernaung yang kokoh, kuat dan aman, sekaligus melambangkan tiga tempat cikal bakal leluhur masyarakat Purbalingga, yaitu : Ardi Lawet (terletak di daerah cahyana), Onje dan Wirasaba.

Disamping itu ada satu rangkaian lukisan yang tidak terpisahkan yang terdiri atas :
  • 17 bunga kapas
  • Seuntai padi dengan 45 bulir padi
  • Sebuah rumah tikelan dengan lantai bertingkat lima dan 19 wilahan/balok
  • Setangkai tanaman andong dengan 8 helai daun



Lambang Kabupaten Pemalang

Arti Lambang Kabupaten Pemalang :
Lambang Kabupaten Pemalang terdiri dari lambang berbentuk Kundi-pertala segi lima, Bintang, pengapit lambang, nama daerah dan lampu pedalangan. Kelima bagian tersebut disusun sedemikian rupa hingga nama daerah terletak diantara daun lambang dengan lampu Blencong/pedalangan, kesemuanya ada di dalam perisai wadah. Berdasarkan ketetapan DPRD Gotong Royong Kabupaten Pemalang tertanggal 1 Juni 1968 tentang penetapan Bentuk dan Arti Lambang Daerah Kabupaten Pemalang, Lambang Daerah Kabupaten mempunyai arti tersendiri.

Bentuk Kundi-pertala (Kendi dari tanah)berbentuk dasar segi lima, melambangkan dasar falsafah negara, yaitu Pancasila. Bintang bersudut lima berwarna kuning emas melambangkan kepercayaan rakyat Kabupaten Pemalang terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Kubah berwarna biru melambangkan keimanan dan ketaqwaan rakyat Pemalang kepada Tuhan YME.

Bambu Runcing melambangkan kepahlawanan dan kesatriaan rakyat Pemalang.

Gunung (Gunung Slamet) adalah suatu ciri yang khusus bagi Kabupaten Pemalang karena Gunung Slamet merupakan satu-satunya gunung di Pemalang.

Pegunungan (Bentuk benteng atau tangga-tangga) melambangkan keadaan alamiah daerah Pemalang. Di dalamnya terkandung hasil-hasil hutan antara lain glagah arjuna, jati dan pohon pinus sebagai komoditi ekspor. Garis horizontal berwarna putih melambangkan batas antara daerah datar dan pegunungan.

Pohon beringin melambangkan suatu pengayoman dari pemerintah daerah terhadap rakyatnya. Dua lidah api yang berpadu dengan bambu runcing yang merupakan satu rangkaian tunggal melambangkan kepahlawanan dalam mempertahankan Bumi Pertiwi dari imperialisme/kolonialisme.

Dua bilah kerisdengan bentuk yang sama besarnya dengan ujung ke atas melambangkan kesatriaan patriot-patriot Pemalang dalam sejarah perjuangan. Serta menggambarkan peninggalan, sejarah kebudayaan yang tinggi. Dua pusaka tersebut (Kyai Sitapak dan Kyai Simongklang) yang sama besarnya memancar melalui sebelah bawah membelok ke atas di belakang keluar dari bambu runcing. Masing-masing keris dengan lidah api merah menyala ke atas dengan pesisir kuning. Berarti rakyat Pemalang selalu punya semangat perjuangan yang menyala-nyala.

Layar perahu melambangkan kemudi alam dengan sifat terpimpin dalam arus gelombang yang mencoba menggulingkan struggle for life, namun layar tetap tegak berkembang melawan hempasan gelombang dan derunya angin yang meniup kencang. Perahu melambangkan sifat-sifat bahariawan. Merupakan kejayaan di lautan yang dimiliki rakyat Pemalang.

Laut bergelombang (tiga buah) melambangkan bahwa sifat rakyat Pemalang selalu bergerak maju mengikuti program pemerintah untuk mencapai masyarakat adil dan makmur. Arus laut suatu saat tenang dan bergelombang di saat lain, mencerminkan watak rakyat Pemalang yang selalu tenang dan bergerak dalam sejarah perjuangan.

Padi dan kapas melambangkan kemakmuran rakyat yang adil dan merata. Perpaduan dari bintang, padi dan kapas melambangkan hari depan rakyat Pemalang dalam menuju masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Tuhan YME, berdasarkan Pancasila. Jumlah kapas 17 buah, api yang berlidah 8 dan padi berbulir 45 melambangkan hari Proklamasi 17 Agustus 1945.

Blencong (Lampu Pedalangan) melambangkan keindahan seni dan budaya terutama dengan motif wayang kulit ataupun dengan motif Gajah Mada yang sekaligus merupakan penerangan dan penyebaran agama.

Pembuat Lambang Pemalang :
Lambang daerah Kabupaten Pemalang diciptakan Waluyo, Mantan Kasubbag Umum Setwan. Sebelumnya pada tahun 1967-1969 ketika dirinya mengikuti pendidikan keuangan P3KM Depkeu di Semarang, mendapat edaran tentang lomba logo Kabupaten Pemalang. Merasa tertarik, kemudian mengirimkan 2 gambar. Rupanya dia tidak sendiri, 65 peserta mulai mendaftar. Setelah diambil lima finalis, akhirnya ia terpilih sebagai pemenangnya.



Lambanng Kabupaten Pekalongan

Makna dan Isi Lambang :

Bintang, melambangkan Ketuhanan yang Maha Esa mencerminkan bahwa warga / penduduk Kabupaten Pekalongan umumnya meyakini dan berbakti kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Sudut Lima pada Bintang, melambangkan Pancasila. Masyarakat di Kabupaten Pekalongan meyakini bahwa Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum dalam mengurus, mengatur dan membina daerah.

Perisai Tiga Warna, melambangkan bahwa warga penghuni Kabupaten Pekalongan, terdiri dari warga negara yang berbeda asal, ras, kebangsaannya tetapi tetap bersatu padu. Warna kuning mewakili ras tionghoa, coklat muda ras asli Indonesia, dan coklat tua mewakili ras arab. Ras asli merupakan penghuni yang utama atau lajer (pokok). Dilukiskan di tengah perisai, melambangkan bahwa ras asli merupakan pihak yang merangkum kedua ras lainnya sehingga terjalain hubungan dalam kehidupan baik jasmaniah dan rohaniah.

Keris, melambangkan jiwa patriotisme rakyat Kabupaten Pekalongan yang abadi, dalam membela dan membina serta membangun daerah maupun tanah air Indonesia.

Laut dan Ikan, melambangkan bahwa sebagian kehidupan rakyat Kabupaten Pekalongan dari laut (nelayan).

Padi Memangku Perisai, melambangkan kemakmuran daerah, serta merupakan sumber kehidupan serta makanan pokok rakyat. Jumlah butiran 45 biji melambangakan tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Pita Batik Jlamprang, melambangkan salah satu kesenian rakyat Kabupaten Pekalongan yaitu batik Pekalongan yang merupakan kehidupan rakyat. Ceplok bunga berjumlah 8 melambangkan bulan Agustus.

Elar (sawat), melambangkan cita-cita rakyat yang dinamis, cinta damai, menuju arah keagungan daerah dan peri kehidupan yang adil dan makmur serta lahir dan batin.

MOTTO KABUPATEN PEKALONGAN :
Untuk mendayagunakan kegiatan pembangunan daerah secara merata diperlukan suatu acuan untuk memotivasi, menggerakkan dan mengerahkan seluruh potensi masyarakat Kabupaten Pekalongan  Motto Kabupaten Pekalongan adalah Kota " SANTRI " merupakan singkatan dari Sehat, Aman, Nyaman, Tertib, Rapih dan Indah.



Lambang Kabupaten Pati

Arti Lambang Daerah Kabupaten Pati :
  • Padi Kapas mencerminkan bahwa Pati adalah daerah pertanian yang subur.
  • Jumlah padinya adalah 17 yang merupakan tanggal Kemerdekaan NKRI.
  • Kapasnya berjumlah 8 melambangkan bulan Kemerdekaan NKRI
  • Pintu gerbang majapahit yang jumlah manukan gentingnya 45 melambangkan Tahun Kemerdekaan NKRI 
  • Gunung muria serta Laut Jawa yang merupakan latar belakangkondisi geografi Kab Pati. 
  • Keris Rambut Pinutung dan Tombak Senjata andalan Kadipaten Pati juga gambar Kepala Lembu Pragola serta Kuluk Kanigoro kesemuanya itu simbol kebesaran Kadipaten Pati. Makna Bintang adalah bahwasanya masyarakat Pati adalah berkeTuhanan. Makna rantai adalah kerukunan.
  • Bendera merah putih merupakan bukti bahwa Kabupaten Pati setia selamanya dalam kerangka NKRI


SEMBOYAN KABUPATEN PATI ADALAH BUMI MINA TANI, DASAR HUKUM :
Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pati Nomor : 3 Tahun 1993 Tentang Semboyan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Pati
Semboyan BUMI MINA TANI yang merupakan kependekan dari :
B : Berdaya
U : Upaya
M : Menuju
I : Identitas Pati
M : Makmur
I : Ideal
N : Normatif
A : Adil
T : Tertib
A : Aman
N : Nyaman
I : Indah

Semboyan Pati “BUMI MINA TANI” mempunyai maksud sebagai berikut:
  • Berdaya, adalah berkemampuan untuk mewujudkan cita-cita.
  • Upaya, merupakan usaha masyarakat dalam mencapai cita-cita yang diharapakan.
  • Menuju, merupakan arah / tujuan yang ingin dicapai sesuai identitas daerah.
  • Identitas Pati, merupakan ciri kekhususan yang sebenarnya, sehingga masyarakat dengan segala daya dan upaya ingin menemukan Jari Dirinya sendiri.
  • Makmur, merupakan cita-cita hidup yang diidam-idamkan seluruh bangsa yang sudah ada sejak bangsa itu lahir.
  • Ideal, merupakan harapan masyarakat yang diinginkan agar dicapai suatu keadaan yang selalu dapat menyesuaikan dengan perkembangan jaman.
  • Normatif, merupakan harapan masyarakat dan pemerintah yang ingin mencapai tata kehidupan senantiasa berpihak pada norma-norma yang berlaku.
  • Adil, merupakan cita-cita bangsa yang didambakan sesuai dengan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.
  • Tertib, suatu keadaan yang diharapakan yaitu tertib pemerintah dan tertib masyarakatnya sehingga kedua-duanya harus saling mendukung tanpa ada yang bertentangan.
  • Aman, adalah suatu keadaan dimana masyarakat benar-benar merasa aman dan merasa terlindungi dalam hidupnya sehari-hari sebagai warga masyarakat.
  • Nyaman, adalah suatu keadaan dimana masyarakat merasa enak, sejuk, sehat, dan segar sehingga memungkinkan masyarakat betah tinggal di lingkungannya.
  • Indah, juga sebagai cita-cita pendukung yaitu kondisi estetika dambaan masyarakat.




Lambang Kabupaten Magelang

MAKNA LAMBANG :
Bintang bersudut lima berwarna kuning emas terletak ditengah yang berbentuk perisai sebagai lambang perjuangan menggambarkan daerah Kabupaten Magelang adalah daerah yang subur bagi segala macam golongan, agama dan lapisan masyarakat.

Tulisan KABUPATEN MAGELANG Berwarna kuning emas menunjukkan identitas daerah.

Stupa Borobudur berdiri limas trap berwarna putih dan berlubang hitam terletak ditengah - tengah perisai melambangkan monumen tersohor Candi Borobudur yang dimiliki Kabupaten Magelang dan merupakan salah satu dari 7 keajaiban dunia dan melambangkan obyek Pariwisata.

Keris berwarna kunig emas terletak ditengah stupa melambangkan perjuangan pahlawan Diponegoro yang gigih menentang penjajah Belanda.

Gunung berjumlah lima buah berwarna kuning emas terletak dibawah trap melambangkan bahwa Kabupaten Magelang adalah suatu wilayah pegunungan/dataran tinggi dari lima pegunungan ( Panca Arga ) yaitu Gunung Merapi,Merbabu, Andong, telomoyo dan Sumbing.

Duapuluh lima butir padi berwarna kuning berangkai membujur keatas di bagian kiri perisai dan lima buah kapas berwarna putih berangkai dengan empat daun berwarna kuning emas membujur keatas bagian perisai serta emapt buah panili pada batangnya yang melilit pada bambu runcing di sebelah kiri, melambangkan bahwa pada tanggal 25 September 1945 telah terjadi perjuangan mengusir penjajah Inggris dan Gurkha dalam mencapai kemerdekaan di daerah Kabupaten Magelang.

Dua helai daun tembakau berwarna kuning emas dan klembak yang terletak lurus dibawah daun tembakau menggambarkan hasil produksi pertanian untuk Kabupaten Magelang.

Dua bambu runcing berwarna kuning emas terletak sudut menyudut kekiri dan kekanan pada klembak melambangkan perjuangan rakyat dan pemerintah Kabupaten Magelang dalam perang kemerdekaan yang dapat menggalang persatuan dan kesatuan Bangsa.

Samir berwarna merah putih melengkung keatas terletak dibagian bawah perisai yang menggambarkan suatu optimisme akan tercapainya cita - cita yang luhur.

Penjelasan tentang WARNA :
Kuning tua atau kuning emas berarti keluhuran, melambangkan cita -cita yang luhur yang terkandung didalam perjuangan rakyat Kabupaten Magelang.
Merah tua berarti berani, melambangkan keberanian bertindak, keberanian menderita demi untuk tercapainya cita - cita luhur.
Hijau tua berarti harapan kehidupan, harapan akan cita - cita luhur yang amat besar.
Hitam berarti abadi kekal, perjuangan rakyat Kabupaten Magelang kekal dan abadi, pantang mundur sampai cita - cita berhasil.
Putih berarti suci bersih, perjuangan mencapai cita - cita, mencapai keadilan dan kebenaran.



Lambang Kabupaten Kudus

BAGIAN ATAS :
Tulisan KUDUS, berarti nama wilayah/daerah, yaitu Kabupaten Kudus
Ukir-ukiran, melambangkan nilai-nilai cipta dan budaya yang tinggi dari rakyat Kudus

BAGIAN TENGAH :
Menara Kudus, melambangkan kebesaran agama Islam
Bintang Sudut Lima, berarti keteguhan beragama/Iman
Keris bengkok/eluk sembilan, lambang ksatria
Pohon Beringin, lambang kepemimpinan dan pengayoman.
Empat tingkat lantai alas / altar dan lima mata rantai, berarti tahun proklamasi kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indoneia 1945
Rantai, berarti persatuan
Dua buah gunung, berarti adanya sumber kekayaan alam.
Warna biru tua, berarti ketenangan dan keuletan.
Tanah datar, melambangkan cita-cita keadilan sosial yang merata
Warna Hijau, berarti kesuburan.
Langit, melambangkan cita-cita yang tinggi dan luhur.
Warna biru muda, berarti tenang dan bersemangat
Setangkai padi, melambangkan kemakmuran pangan
Jumlah padi tujuh belas butir, berarti tanggal Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia 17-8-1945
Buah kapas, melambangkan kemakmuran sandang
Jumlah kapas delapan, berarti bulan Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia 17-8-1945
Warna hitam, berarti abadi
Bendera merah putih, melambangkan ketaatan kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAGIAN BAWAH :
Rokok kretek klobot, berarti Kudus merupakan daerah Industri Rokok (penemu rokok kretek)
Jumlah rokok lima, merupakan bulan lahirnya lambang daerah ini (bulan Mei)
Dua batang tebu, melambangkan bahwa Kudus ada tebu rakyat yang menghasilkan gula tebu (gula Jawa), dan tebu pemerintah yang menghasilkan gula pasir
Ruas enam dan daun sembilan, menunjukkan tahun lahirnya lambang daerah ini yaitu 1969
Dua puluh lilin, menunjukkan tanggal lahirnya lambang daerah ini, yaitu 20 Mei 1969
Jumlah sembilan jari-jari kemudi, berarti bahwa Kabupaten Daerah Tingkat II Kudus dibagi menjadi sembilan wilayah kecamatan.
Benang Lawe, menunjukkan bahwa Kudus juga daerah industri benang tenun (tekstil) baik usaha pemerintah maupun swasta, termasuk juga home industri.

Selain tiga bagian tersebut, masih ada arti dan makna lain dalam lambang daerah Kabupaten Kudus yaitu:
Bentuk perisai, mengandung maksud pertahanan dan perlindungan.
Semboyan NAGRI CARTA BHAKTI, berarti wilayah/ daerah Kudus, pemerintah dan rakyat di daerah yang selalu sibuk bekerja sesuai fungsi masing-masing, sepi ing pamrih, rame ing gawe untuk menuju cita-cita tata tentrem kerta raharja (masyarakat adil dan makmur lahir batin) dengan bakti, cinta dan taat kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Semua pelisir (tepi dan dalam) berwarna kuning mas, melambangkan kebulatan tekad pemerintah dan rakyat Kudus menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Dua buah gunung adalah Gunung Muria (Kudus sebelah Utara) yang menjadi latar belakang daerah Kudus, ternyata mengandung macam-macam mineral dan hasil pertanian: posphat, mangaan, kopi, panili, kapuk randu, dan lainnya. Di tempat ini terdapat juga Makam Kanjeng Sunan Muria (Raden Mas Said), salah seorang Wali Sembilan, penyebar agama Islam yang terkenal, tempat istirahat (Pesanggrahan) Colo, air terjun Monthel dan pertamanan.



Lambang Kabupaten Klaten

SEJARAH :
Asal mula nama klaten :
Ada dua versi yang menyebut tentang asal muasal nama Klaten. Versi pertama mengatakan bahwa Klaten berasal dari kata kelati atau buah bibir. Kata kelati ini kemudian mengalami disimilasi menjadi Klaten. Klaten sejak dulu merupakan daerah yang terkenal karena kesuburannya.

Versi kedua menyebutkan Klaten berasal dari kata Melati. Kata Melati kemudian berubah menjadi Mlati. Berubah lagi jadi kata Klati, sehingga memudahkan ucapan kata Klati berubah menjadi kata Klaten. Versi ke dua ini atas dasar kata-kata orangtua sebagaimana dikutip dalam buku Klaten dari Masa ke Masa yang diterbitkan Bagian Ortakala Setda Kab. Dati II Klaten Tahun 1992/1993.

Melati adalah nama seorang Kyai yang pada kurang lebih 560 tahun yang lalu datang di suatu tempat yang masih berupa hutan belantara. Kyai Melati Sekolekan, nama lengkap dari Kyai Melati, menetap di tempat itu. Semakin lama semakin banyak orang yang tinggal di sekitarnya, dan daerah itulah yang menjadi Klaten yang sekarang.

Dukuh tempat tinggal Kyai Melati oleh masyarakat setempat lantas diberi nama Sekolekan. Nama Sekolekan adalah bagian darinama Kyai Melati Sekolekan. Sekolekan kemudian berkembang menjadi Sekalekan, sehingga sampai sekarang nama dukuh itu adalah Sekalekan. Di Dukuh Sekalekan itu pula Kyai Melati dimakamkan.

Kyai Melati dikenal sebagai orang berbudi luhur dan lagi sakti. Karena kesaktiannya itu perkampungan itu aman dari gangguan perampok. Setelah meninggal dunia, Kyai Melati dikuburkan di dekat tempat tinggalnya.

Sampai sekarang sejarah kota Klaten masih menjadi silang pendapat. Belum ada penelitian yang dapat menyebutkan kapan persisnya kota Klaten berdiri. Selama ini kegiatan peringatan tentang Klaten diambil dari hari jadi pemerintah Kab Klaten, yang dimulai dari awal terbentuknya pemerintahan daerah otonom tahun 1950.

Lambang Kabupaten Kendal

MAKNA LAMBANG :
Berbentuk perisai :
Warna kuning sebagai back ground dimaknai masyarakat Kendal mempunyai kerukunan, kemuliaan akhlaq dengan bertuliskan “NGESTI WIDDHI” menandakan bahwa niat usaha dilandasi karena mencari Ridlo-Nya.
Warna merah di dalam roda bergerigi dikandung maksud masyarakat Kendal mempunyai makna keberanian dan ketegasan dalam menghadapi tantangan yang menghadang.
Warna putih di tengah lingkaran merah adalah cahaya kemuliaan, dan keagungan.
Warna biru pada bagian bawah perisai dimaknai sebagai jiwa masyarakat Kendal suka damai, optimis mencapai harapan, warna biru juga melambangkan bahwa Kendal adalah termasuk daerah maritim yang kaya dengan hasil laut dan memiliki pelabuhan yang strategis.

Bintang :
Melambangkan masyarakat Kendal memiliki jiwa religius dan taat menjalankan agamanya.
Bintang bersudut lima juga melambangkan Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Pita Merah Putih :
Menggambarkan bahwa Kabupaten Kendal adalah bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Selendang Hijau :
Menggambarkan Kendal sebagai kota seni budaya, juga dimaknai Kendal memiliki wilayah dataran tinggi dan dataran rendah dengan beraneka hasil alamnya baik tanaman pangan maupun perkebunan.

Keris :
Keris memiliki maksud sifat-sifat perjuangan Tumenggung Bahurekso yang lihai, ulet, pemberani, dan pantang menyerah. Keris dengan memiliki bengkok (jawa : luk) berjumlah 9 (sembilan) merupakan perwujudan angka sembilan sebagai  angka tertinggi dalam hitungan yang didalamnya memiliki arti kesempurnaan, utama, tertinggi, cita-cita luhur yang menjadi tujuan hidup seluruh masyarakat Kendal.

Padi Kapas :
Bermakna masyarakat Kendal yang makmur sejahtera berkecukupan sandang dan pangan.
Makna padi, kapas, dan angka 1605 : 
- Padi berjumlah 28 butir, merupakan simbol dari tanggal28.
- Kapas berjumlah 7 buah, memiliki maksud simbol dari bulan ke 7 (juli) dalam kalender Masehi.
- Angka bertuliskan 1605, merupakan tahun 1605 masehi.
Bila dirangkaikan antara gambar padi, kapas, dan angka 1605, maka akan memiliki arti bahwa hari jadi Kendal yaitu pada tanggal 28 Juli 1605.
Warna putih diantara padi dan kapas juga menggambarkan pohon Kendal yang bermakna cahaya kemuliaan dan keagungan.

Bentuk Roda Bergerigi :
Menggambarkan roda pembangunan di segala bidang berjalan terus. Bermakna Kendal mempunyai jalur transportasi darat dan laut serta sebagai penghubung lintas Pantura.Mengandung arti silaturahmi yang terjalin erat antara masyarakat Kendal.

Perahu Bermotif Batik :
melambangkan Kabupaten Kendal sebagai kota pelabuhan yang mempunyai peran penting di Jawa Tengah dalam dunia transportasi dan perdagangan. melambangkan mata pencaharian sebagian warga masyarakat Kabupaten Kendal sebagai nelayan. Perahu bermotif batik bermakna Kendal punya seni batik yang khas dengan nilai budaya yang tinggi.



Lambang Kabupaten Kebumen

MAKNA LAMBANG
Bentuk, lukisan, ukuran, warna lukisan Lambang Daerah Kabupaten Kebumen adalah sebagai berikut :
Perisai (dengan ukuran perbandingan 4:3); menggambarkan tekad, semangat dan kesiapsiagaan rakyat untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945, dengan dasar Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Bintang segi lima berwarna emas; menggambarkan kepercayaan yang teguh dan luhur terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

Pegunungan; melambangkan keteguhan hati, tidak goyah mengalami tantangan alam. Menggambarkan juga sebagian daerah Kabupaten Kebumen terdiri dari tanah pegunungan.

Gua; mencerminkan sifat-sifat ketenangan dan kesederhanaan dari rakyat daerah Kabupaten Kebumen dalam usahanya untuk mencapai cita-citanya yaitu masyarakat yang adil dan makmur. Gua juga merupakan tempat dimana dihasilkan sarang burung.

Laut; menggambarkan jiwa perjuangan yang selalu bergelora sepanjang masa; namun penuh dengan kedamaian yang abadi. Menggambarkan juga bahwa sebagian daerah Kabupaten Kebumen berbatasan dengan Samudra Indonesia.

Burung Lawet; menggambarkan suatu sumber penghasilan daerah dan merupakan pencerminan dari ketekunan dan kegesitan yang penuh dinamika dari rakyat daerah Kabupaten Kebumen dalam usahanya untuk membangun daerahnya.

Kapas padi; menggambarkan cita-cita rakyat daerah Kabupaten Kebumen yaitu terwujudnya suatu masyarakat adil makmur berdasarkan Pancasila, murah sandang, murah pangan dan cukup papan.

Mata rantai yang sambung menyambung; menggambarkan jiwa dan semangat persatuan yang hidup di kalangan rakyat.

Bambu runcing; merupakan pencerminan dari sifat kepahlawanan rakyat dalam perang kemerdekaan mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 dengan dasar Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945.

Batu bata dan genting; menggambarkan bahwa industri batu bata dan genting di Daerah Kabupaten Kebumen merupakan sumber penghi-dupan rakyat; secara simbolis menggambarkan bahwa kecuali sektor pertanian; sektor perin-dustrian juga merupakan sumber penghasilan Rakyat Daerah Kabupaten Kebumen.

Tulisan Bhumitirta Praja Mukti :
Arti kata-katanya; tanah dan air untuk kesejahteraan Bangsa dan Negara. Maksud dan jiwanya; bangsa Indonesia pada umumnya dan Warga Daerah Kabupaten Kebumen pada khususnya sangat bersyukur ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugerahi tanah yang subur dan air yang berlimpah-limpah. Anugerah yang tidak ternilai harganya itu merupakan nikmat dari Tuhan yang wajib kita manfaatkan sebaik-baiknya bagi kesejahteraan rakyat: Daerah Kabupaten Kebumen dibagian Utara terdiri dari tanah pegunungan dengan aneka warna bahan-bahan tambang yang terpendam dan dengan hutan-hutannya yang menjadi sumber mengalirnya sungai-sungai menuju ke daerah persawahan dan tegalan yang subur di sebelah selatannya yang menjadi sumber penghidupan dari sebagian besar rakyatnya. Demikian pula karena anugerah Tuhan Yang Maha Esa maka sebagian besar tanahnya merupakan bahan yang sangat baik untuk membuat batu-bata dan genteng sehingga menempatkan Daerah Kabupaten Kebumen sebagai penghasil batu-bata dan genteng yang sejak lama sudah terkenal. Di sebelah selatan daerah Kabupaten Kebumen berbatasan dengan Samudera Indonesia dengan pantainya yang penuh dengan pohon kelapa; dengan gua-guanya yang terkenal sebagai penghasil burung-burung yang berkwalitas tinggi serta lautnya yang mengandung potensi yang tak terhingga. Kesemuanya itu menimbulkan suatu kewajiban yang luhur pada kita sekalian wargadaerah Kabupaten Kebumen; untuk dengan cipta rasa; karsa dan karya kita masingmasing; selalu tekun dan penuh ketawakalan memanfaatkan modal anugerah Tuhan Yang Maha Esa tersebut untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.



Lambang Kabupaten Karanganyar

BENTUK :
Bentuk daripada lambang daerah Kabupaten Karanganyar merupakan sebuah perisai bersudut lima yang digayakan berwarna dasar coklat muda, bertepian  (plisir) warna putih, isi lukisan sebuah segi enam berwarna dasar merah putih bertepian warna putih.


ARTI :
Perisai bersudut lima, keris dan bambu runcing melambangkan penolakan bahaya berdasarkan Pancasila

Bintang melambangkan keagungan Tuhan dan kesadaran  serta ketentuan beragama rakyat daerah Kabupaten Karanganyar yang menjiwai Pemerintah dalam melaksanakan tugasnya

Segi enam melambangkan daerah Kabupaten Karanganyar berbatasan enam daerah: Provinsi Jawa Timur, Kabupaten Wonogiri, Kabupaten Sukoharjo, Kotamadya Surakarta, Kabupaten Boyolali, dan Kabupaten Sragen

Padi dan kapas melambangkan :
  • Cita-cita kemakmuran (materiil) rakyat daerah Kabupaten Karanganyar untuk sepanjang masa
  • Hari Proklamasi 17 Agustus 1945


Kata “KARANGANYAR” dalam pita menunjukkan nama daerah Kabupaten Karanganyar

Pohon  beringin melambangkan kewibawaan Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar dan rasa kebangsaan Indonesia, akar gantung melambangkan tempat bekas kawedanan

Bende melambangkan:
  • Kehidupan kepribadian kebudayaan rakyat daerah Kabupaten Karanganyar
  • Fungsi Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar sebagai pemegang komando disegala bidang dalam daerah


Gunung melambangkan keteguhan yang abadi rakyat daerah Kabupaten Karanganyar, dalam pengabdiannya kepada Negara, Nusa dan Bangsa

Persawahan dan saluran air melambangkan kesuburan daerah Kabupaten Karanganyar

Tebu melambangkan adanya perusahaan gula dalam daerah Kabupaten Karanganyar yang mempunyai standar internasional

Daun teh melambangkan bahwa : Dalam daerah Kabupaten Karanganyar terdapat beberapa perusahaan perkebunan

Bentuk sayap:
  • Melambangkan adanya Pangkalan Udara dalam daerah Kabupaten Karanganyar
  • Mengambarkan motif batik tulis sebagai kehidupan industri rakyat daerah Kabupaten Karanganyar


Roda melambangkan bahwa sebagian rakyat daerah Kabupaten Karanganyar terdiri karyawan dan buruh

Rantai melambangkan persatuan dan kesatuan rakyat daerah Kabupaten Karanganyar yang dijiwai oleh semangat gotong royong.


WARNA DASAR :
Warna coklat muda melambangkan rasa tanggung jawab rakyat Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar

Warna merah putih melambangkan:
  • Kesatuan Bangsa Indonesia
  • Keberanian dan kesucian rakyat bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar dalam membela kebenaran dan keadilan


Warna kuning emas berarti keagungan

Warna hijau melambangkan penghargaan kemakmuran rakyat dan kebijaksanaan Pemerintah Daerah Kabupaten karanganyar

Warna biru melambangkan pengharapan kesetiaan rakyat dan Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar dalam melaksanakna tugasnya masing-masing dengan tekad yang bulat dan abadi

Warna Kuning melambangkan semangat membenci terhadap segala bentuk keangkara-murkaan dan penyelewengan.


08 September 2014

Lambang Kabupaten Jepara

LAMBANG DAERAH Kabupaten Jepara berbentuk PERISAI BERSUDUT LIMA, dan berisi lukisan :

Nama Daerah “Jepara” ditulis dengan huruf latin (Romawi), berwarna merah diatas dasar putih, LANGIT berwarna biru muda, GUNUNG berwarna biru tua, BINTANG bersudut lima warna kuning emas, MENARA berwarna putih, POHON BERINGIN warna hijau bersulur empat dan berakar lima, UKIR-UKIRAN relung motif Jepara asli berwarna coklat, SEBULIR PADI berbiji 17 berwarna kuning, SETANGKAI RANTING dengan 8 buah KAPOK yang sedang merekah berkulit coklat dan isi putih, BUNGA MELATI berwarna putih diikat dengan pita merah. TANAH DATARAN berwarna hijau muda, LAUT berwarna biru dan bergelombang biru muda.


MAKNA BENTUK DAN MOTIF-MOTIF DALAM LAMBANG :
  • PERISAI BERSUDUT LIMA, melambangkan perjuangan dan perlindungan.
  • GUNUNG, melambangkan kesentausaan serta ketenangan dan merupakan salah satu sumber kesuburan
  • BINTANG BERSUDUT LIMA, melambangkan kepercayaan kepada Tuhan YME sesuai dengan sila I dari Pancasila.
  • MENARA, melambangkan sebagian besar penduduk Kabupaten Jepara yang memeluk agama Islam.
  • POHON BERINGIN, melambangkan pengayoman dan persatuan sedangkan sulur 4 dan akar 5 mengandung arti angka tahun 45.
  • UKIR-UKIRAN RELUNG MOTIF JEPARA ASLI, melambangkan hasil seni kerajinan yang spesifik, penuh kreasi dan terkenal sampai keluar negeri.
  • PADI, melambangkan kemakmuran dalam bidang pangan, berbiji 17 mengandung arti angka tanggal 17.
  • KAPOK, melambangkan produksi daerah yang terkenal tinggi kwalitasnya dipasaran dunia, sedangkan jumlah 8 buah angka bulan ke 8.
  • Perpaduan antara butir PADI BERBIJI 17, KAPOK 8 buah dan SULUR 4 serta AKAR 5, merupakan rangkaian angka-angka yang mewujutkan saat yang bersejarah hari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
  • BUNGA MELATI, diikat dengan pita merah melambangkan perjuangan dan kemajuan wanita serta menunjukkan tempat kelahiran Pahlawan Nasional RA Kartini.
  • TANAH DATAR, melambangkan kesuburan daerah, merupakan potensi pertanian dan perkebunan untuk kemakmuran.
  • LAUT, melambangkan kebebasan , mengandung kekayaan alam yang melimpah ruah sebagai sumber mata pencaharian utama bagi para nelayan.
  • Perpaduan antara LANGIT, GUNUNG, TANAH DATARAN dan LAUT, menggambarkan kekayaan alam di daerah sebagai sumber kehidupan dan penghidupan rakyat.



Lambang Kabupaten Grobogan

MAKNA LAMBANG :
Perisai dengan batas tali bersimpul delapan dengan tulisan "Kabupaten Grobogan" bermakna bahwa Wilayah Kabupaten Grobogan dikelilingi oleh 8 Kabupaten tetangga.

Bintang warna kuning emas,dan bergaris pinggir putih. Artinya Ketuhanan Yang Maha Esa. Ini mencerminkan bahwa seluruh rakyat dan penduduk Kabupaten Grobogan pada umumnya meyakini dan berbakti terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan landasan mental dan iktikad yang suci murni. Sudut 5 (lima) pada bintang artinya : Pancasila. Masyarakat Kabupaten Grobogan khususnya dan Indonesia pada umumnya bertekad bulat dan yakin dengan sepenuh hati bahwa Pancasila adalah merupakan sumber hukum untuk mengurus dan mengatur daerah serta merupakan dasar falsafah dari segala tindak tanduk dan gaya Pembina Daerah.

Warna dasar kuning, melambangkan kemurnian dan keluhuran budaya.

Alas berwarna biru tua di bagian bawah. Melambangkan kesetiaan, artinya rakyat Grobogan selalu setia kepada bumi sebagai tempat berpijak, yaitu kesetiaan terhadap Daerah dan Negara Republik Indonesia.

Tiga gelombang aliran warna biru muda. Melambangkan 3 sungai utama, yaitu Sungai Tuntang, Serang dan Lusiyang berguna bagi rakyat Kabupaten Grobogan.

Kobaran api. Melambangkan sumber api alam di Kabupaten Grobogan (Mrapen), sebagai simbol kehidupan dengan semangat yang menyala-nyala dan tidak pernah padam.

Warna hijau yang membentuk simbol pohon dan daun jati berwarna kuning. Melambangkan hutan yang membentang di Kabupaten Grobogan sebagian besar merupakan hutan jati yang diharapkan mampu memberikan kemakmuran.

Gambar dua gunung berwarna biru. Melambangkan kondisi geografis Kabupaten Grobogan yang dibatasi oleh 2 (dua) pegunungan yaitu Pegunungan Kendeng dan Pegunungan Kapur Utara.

Gambar penampang melintang belahan bambu yang dijajarkan (Klakah). "Klakah" adalah tempat pembuatan garam darat yang khas di Kabupaten Grobogan sebagai lambang kerajinan rakyat di bidang industri kecil.

Gambar bambu runcing. Melambangkan semangat seluruh rakyat dalam memperjuangkan, mempertahankan, membela dan mengisi kemerdekaan.

Gambar bulir padi dan jagung. Melambangkan hasil utama pertanian di Kabupaten Grobogan.

Gambar Simbol Cahaya Listrik / Halilintar (Petir). Melambangkan kekuatan alam yang harus dapat dikuasai oleh rakyat Kabupaten Grobogan. Menggambarkan karakter masyarakat Kabupaten Grobogan dalam kemampuannya mengendalikan hawa nafsu. Halilintar (petir) ini diambil dari filosofi Legenda Ki Ageng Selo.

Serangkaian 17 gerigi daun jati, 8 nyala kobaran api, 4 kelakah bambu, 5 ruas bambu runcing dan disinari cahaya halilintar.Melambangkan bahwa inti perjuangan masyarakat dan Bangsa Indonesia yang ada di Kabupaten Grobogan dilandaskan pada semangat proklamasi 17 Agustus 1945.



Lambang Kabupaten Demak

ARTI LAMBANG :
Bentuk Lambang daerah Kabupaten Demak berupa perisai yang berbentuk dasar segitiga lengkung melambangkan pertahanan dan keamanan lahir dan batin.

MAKNA LAMBANG :
Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Daerah Kabupaten Demak tanggal 17 Agustus 1972 tentang Lambang Daerah Kabupaten Demak yang mengartikan makna motif-motif di dalam lambang dan pengapitnya sebagai berikut :

Lukisan bintang persegilima warna kuning emas melambangkan hasrat masyarakat Demak untuk mengamalkan Pancasila dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

Dasar biru dan kuning menunjukkan geografis daerah Kabupaten Demak adalah daerah pantai dan rawa, yang mana setiap tahun waktu musim penghujan terlalu banyak air dan musim kemarau sangat kekurangan air;

Masjid menunjukkan arti kebesaran Masjid Agung Demak sebagai hasil kebudayaan khas Demak; Ruang masjid berjumlah 9 (sembilan) melambangkan tempat musyawarah Walisongo dan beringin melambangkan keadilan dan kebenaran serta penyayang;

Tombak berdiri tegak lurus melintas ke atas di tengah ruang masjid yang mengandung arti kepahlawanan revolusi 1945 melawan penjajahan;

Empat garis bergelombang laut berwarna biru menunjukkan bahwa Demak memiliki potensi hasil laut; Perahu layar mengandung arti kepahlawanan armada pimpinan Adi Pati Unus;

Padi dan kapas menunjukkan arti potensi bahan baku sandang dan pangan; Jumlah butir padi 17, kapas 8, gelombang laut 4 di setiap 5 garis putih, hal tersebut menunjukkan tanggal Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945



Lambang Kabupaten Cilacap

MAKNA BENTUK :
Bintang Segi Lima
Melambangkan keluhuran cita-cita masyarakat Daerah yang berkepribadian Pancasila.

Tugu Pahlawan dengan lidah api diatas gelombang Laut Selatan; Tugu Pahlawan melambangkan perjuangan heroik masyarakat Daerah dimasa Revolusi 1945. Lidah api menunjukkan hitungan 5, berarti perjuangan yang berdasarkan Pancasila. Gelombang Laut Selatan dengan lekuk gelombang berjumlah 4 dihubungkan dengan lidah api (5) berarti bahwa perjuangan yang berkobar-kobar sejak Revolusi 45 berdasarkan UUD 45 dan jiwa juang 45.

Kembang Wijayakusuma
Merupakan lambang Wahyu Negara pada saat masih berbentuk kerajaan. Wijayakusuma menjadi nama pengenal khas dan merupakan lambang hidup daerah. Kembang ini hanya ada dan tumbuh di Cilacap saja (bunga gaib).

Padi dan Kapas;
Melambangkan keluhuran cita-cita masyarakat Daerah mewujudkan masyarakat adil dan makmur dalam mengemban Amanat Penderitaan Rakyat. Padi dan Kapas bermakna kegiatan masyarakat di bidang pangan dan sandang. Jumlah butir padi 17 dan kapas 8, dihubungkan dengan Kembang Wijayakusuma yang berkelopak 4 dan berdaun bunga 5, menunjukkan betapa keramatnya Proklamasi Tujuhbelas Delapan Empatlima.

Ikan Hiu;
Ikan Hiu melambangkan Cilacap berada di daerah pantai laut selatan, penghasil ikan, dan sebagian dari masyarakatnya adalah nelayan.

MAKNA WARNA :
  • Merah Hati : keberanian, keuletan, kewaspadaan serta melambangkan perjuangan yang gagah berani
  • Kuning Emas : keluhuran didalam mengemban tugas
  • Putih : kesucian jiwa
  • Hitam : ketenangan dan ketabahan
  • Hijau : kesuburan dan kemakmuran
  • Biru Laut / Biru Tua  : Cilacap terletak di pantai selatan, Samudera Indonesia

Lambang Kabupaten Brebes

Makna Lambang :
Daun lambang daerah yang berbentuk Dasar Segi Lima. Melambangkan Dasar Falsafah Negara yaitu Pancasila, sedangkan Warna Biru menunjukan  adanya Daerah Pantai dan Pegunungan. Puncak Segi Lima menunjukan puncak gunung  sedangkan lengkung-lengkungnya menunjukan gelombang lautan.

Bintang bersudut lima berwarna kuning emas melambangkan bahwa masyarakat Brebes  adalah makluk yang berKetuhanan Yang Maha Esa.

Kapas dan Padi Melambangkan Sandang Pangan

Bentuk Bulat Telur serta Gambar Bawang Merah : Melambangkan bahwa Telur Asin serta gambar Bawang Merah merupakan hasil spesifik  daerah.

Lima Akar Melambangkan bahwa rakyat dan Pemerintahan Daerah adalah Pelaksana Demokrasi  Pancasila.

Perpaduan antara Tujuh Belas Butir Padi, Delapan Buah Kapas Empat Puluh Lima Mata  Rantai Melambangkan titi mangsa Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia 17 Agustus  1945.

Perpaduan Tiga Umbi Bawang Merah dan Lima Akar yang berwarna hitam, puncak  bawang yang merupakan nyala api yang tak kunjung padam berjumlah lima. Melambangkan kehidupan Demokrasi (Legislatif, Eksekutif, Yudikatif) yang harus  dilaksanakan secara dinamis dalam bentuk Demokrasi Pancasila.

Sebuah Pita Putih bergaris tepi Hitam yang menyambungkan padi dan kapas  ditengahnya bertuliskan : Mangesti Wicara Ebahing Praja dengan warna hitam yang  menunjukan bahwa Rakyat Brebes bertekad untuk membangun daerahnya guna  mewujudkan kesejahteraan bersama dalam rangka membagun Bangsa dan Negara  Kesatuan republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.


Makna Warna
  • Putih : Kejujuran/kesucian 
  • Kuning Emas : Kesatuan/keagungan/kemuliaan/kebijaksanaan
  • Merah : Keberanian
  • Hijau : Kemakmuran/kerukunan
  • Hitam : Keteguhan/keabadian
  • Biru : Kedamaian/kesetiaan


Sesanti
  • Sesanti Daerah adalah "Mangesthi Wicara Ebahing Praja"
  • Arti Sesanti Daerah kata demi kata adalah :
  • Mangesthi : Menuju, menginginkan, menghendaki, mengusahakan, bertekad.
  • Wicara : Bicara, cerita, riwayat, pembicaraan, rembug, musyawarah, mufakat,  kebulatan tekad.
  • Ebah(ing) : Gerak, kegiatan, bekerja, membangun
  • Praja : Pemerintahan, Negara, kegiatan – kegiatan kenegaraan.

Arti keseluruhan sesanti daerah adalah bahwa rakyat bersama Pemerintah Daerah Brebes bertekad (Mangesthi) untuk membangun daerahnya guna mewujudkan kesejahteraan bersama dalam rangka membangun (Ebahing) Negara (Praja) dan  Bangsa.

Arti Surya Sengkala Mangesthi Wicara Ebahing Praja
- Mangesthi berwatak : 8
- Wicara berwatak : 7
- Ebah (ing) berwatak : 6
- Praja berwatak : 1
Dengan demikian Magesthi Wicara Ebahing Praja mengandung makna tahun  matahari/masehi  :1678 tahun ini adalah berdirinya Pemerintahan Brebes dengan titi  mangsa 18 Januari 1678  yang ditandai dengan dilantiknya Bupati Brebes yang  pertama, yaitu Raden Arya Suralaya.